Kamis, 03 Mei 2018

TENTANG FOTO YAI RA DAN SIKAP VISIONER BELIAU

-=[]=-

Sebagai cover untuk edisi khusus menyambut haul ke-9 dari KH. Achmad Asrori Alishaqy RA kali ini, dimana semua tulisan dan artikel yang dimuat berkenaan dan ada hubungannya dengan sosok Yai Rori RA, sebenarnya pada awalnya kami berencana ingin menggunakan foto Beliau yang terlihat sendirian sedang duduk jongkok menatap (ke arah) sungai. Foto Beliau yang nampak dari arah samping ini kemudian dibikin hitam-putih oleh cover designer kami. Hasilnya terlihat bagus layaknya buku-buku biografi bonafide.

Namun ketika kami mematurkannya kepada Ustaz Musyafa’ dan Ustaz Rosyid apakah foto sampul Yai RA seperti itu tak mengapa bila digunakan?, jawaban dari beliau berdua identik dan relatif sama. Bahwa Yai RA tidak berkenan berpose sendirian. Atau minimal, karena foto-foto Beliau yang terlihat berpose sendirian pada faktanya juga banyak, Beliau RA tak berkenan bila itu semua sampai diekspose atau ditunjukkan di ranah publik. Foto-foto Beliau yang sendirian tersebut cukup disimpan, “dinikmati”, dan dijadikan sebagai koleksi pribadi di ranah privat saja. Sebab spirit ataupun narasi yang ingin Beliau RA contohkan dan teladankan –tentu saja kepada kita, para jamaahnya-- adalah semangat kebersamaan, bukan semangat ketergantungan terhadap salah satu figur tertentu saja.

Meskipun pada fakta dan realitanya, Yai RA memang akan terus menjadi figur sentral dan utama dalam perkumpulan Al Khidmah ini sampai kapan pun, namun demi kepentingan jangka panjang yang lebih bersifat visioner, sekali lagi, Beliau RA tak menghendaki bila foto-fotonya yang terlihat berpose sendirian kalau sampai dipublikasikan, apalagi sampai dikomersilkan atau diniatkan demi meraup keuntungan (apa pun) yang bersifat pribadi. Dan berpijak pada nilai filosofis ini pulalah, maka sampul wajah kitab-kitab karya Beliau RA, cover DVD pengajian Beliau, foto-foto kalender, bahkan sampai pamflet pengumuman majlis haul di mana pun serta sampai kapan pun, tidak ada yang diperkenankan memasang foto Beliau RA (ataupun sosok/figur lain). Dan kita tentu juga telah familiar, bahwa di grup FB AL KHIDMAH yang membernya 30 ribuan juga ada larangan untuk mengupload foto Yai RA (dan bahkan keluarga ndalem), bukan?.

Sampai di situ, setelah menerima penjelasan yang membuat kami sedikit termenung tersebut, kami semakin yakin bahwa Beliau memang sosok yang visioner dan melihat jauh ke depan. Mari kita lihat data-data yang bisa dijadikan sebagai variabel sekaligus menunjukkan akan hal tersebut. Dalam “perkembangan selanjutnya”, sebagaimana kita ketahui, beberapa poster foto Yai RA yang diedarkan secara resmi oleh pondok Alfithrah tidak ada yang berpose sendirian. Namun kesemuanya bersama para habaib, seperti Sayyid Maliki dan Habib Umar bin Hafidh. Bahkan foto-foto yang dicetak dalam bentuk poster dan diedarkan secara luas tersebut, Yai RA sendirilah yang memilih dan mengasese.

Selain itu, di masa akhir-akhir menjelang Beliau kapundut, Beliau sering pulang duluan ketika menghadiri suatu majlis bahkan sampai sengaja untuk tak menghadirinya. Itu semua Beliau lakukan hanya karena ingin melihat dan melakukan tes atau lebih tepatnya tarbiah/tuntunan: apakah secara sistem dan tata kelola kelembagaan/organisasi, majlis dzikir yang diadakan oleh Al Khidmah bisa tetap berjalan lancar sesuai standar yang telah ditetapkan, dari mulai awal sampai akhir --dimana para jamaah diharapkan dapat tetap thuma’ninah mengikuti seluruh rangkaian acara majlis haul--, meskipun tidak ditunggok.i bahkan meskipun tanpa kehadiran Beliau. Dengan kata lain, secara pelan namun pasti, terutama menjelang akhir-akhir masa Beliau sugeng, Beliau (seperti) berupaya untuk ‘menyapih’ kita semua, para jamaahnya, agar tidak terlalu bergantung kepada sosok Beliau RA dalam menghadiri majlis-majlis dzikir Al Khidmah.

Dan pada akhirnya, setalah Beliau kapundut, kita juga sama-sama tahu bahwa ternyata Beliau sudah menyiapkan dan mengonsep suatu sistem kepemimpinan bersifat kolektif –bukan sentralistik individualistis pada satu sosok/tokoh tertentu-- yang kemudian dikenal dengan istilah Lima Pilar. Majlis Lima Pilar ini adalah Pilar Thariqah, Pilar Jamaah Al Khidmah, Pilar Pondok Pesantren Al Fithrah, Pilar Yayasan Al Khidmah, dan Pilar Pemangku Keluarga Ndalem/keluarga pendiri pondok pesantren Al Fithrah. Kelima komponen itulah yang akan mengontrol serta menjaga eksistensi nilai-nilai dari seluruh perjuangan dan peninggalan Yai Rori RA.

Itulah yang sedari awal dari tulisan ini kami sebut sebagai sikap visioner Yai Rori RA. Karena Beliau (seolah) telah mengetahui bahwa sosok pengganti sepeninggal Beliau dalam konteks/ranah kemursyidan belumlah ada, maka sejak dini Beliau mulai menanamkan spirit kebersamaan ke dalam alam bawah sadar para jamaahnya dengan hanya mengekspose foto-foto Beliau yang tidak berpose sendirian, namun bersama para habaib. Kemudian hal itu diperkokoh lagi dengan upaya Beliau untuk “menyapih” para jamaahnya agar tak terlalu bergantung dengan sosok Beliau dalam penyelenggaraan dan kelancaran majlis dzikir dan haul. Hal ini tercermin dari sikap Beliau RA yang dengan sengaja tak menghadiri suatu majlis di daerah tertentu. Itu Beliau lakukan selain karena ingin mengetahui kesigapan panitia setempat dalam penyelenggraan majlis sesuai standar yang telah ditetapkan, juga karena ingin melatih kedewasaan para jamaah agar tetap thuma’ninah dalam mengikuti majlis mulai awal sampai akhir meskipun tanpa kehadiran Beliau. Lalu pada puncaknya, Beliau juga telah mengonsep sebuah sistem kepemimpinan kolektif melalui majlis Lima Pilar sebagai penjaga dan pengontrol semua nilai-nilai perjuangan, bimbingan, dan peninggalan Beliau agar tetap lestari hattaa ilaa yawmil qiyaamah. Amiin.. Allah Knows best!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar