Rabu, 07 Maret 2018

CATATAN SEDERHANA BAGI PENGIKUT BARU DARI KALANGAN KAWULA MUDA DI MAJLIS "AL KHIDMAH"


Puji Syukur Alhamdulillah  |  kita ini diberi nikmat hidup pada zaman dan di tempat  |  yang mana akhirnya kita menjadi MENGENAL suatu Tuntunan  |  dari seorang Pembimbing Ruhani yang Sempurna  | Seorang Penuntun  | yang tak hanya sebagai orang yang baik, tapi juga orang yang membaikkan orang lain  |   Yakni Romo Kyai Haji Ahmad Asrori Al Ishaqi RA  |  atau yang lazim kita sebut dengan : Romo YAI RA  ||

Pada tahun 1994  |  dalam sebuah Majlis Pengajian di Tulungagung  |  Romo YAI RA memancing para Jamaah dengan pertanyaan  :  |  Coba tolong dijawab  |  para Bapak dan Ibu yang kini memiliki anak remaja  |  usia SMP atau SMA, misalnya  |  Kira kira, hal yang selalu menjadi beban pikiran  |  yang terus menerus menimbulkan kekhawatiran dalam sehari hari di rumah  |  itu apakah soal ketersediaan sandang pangan rumah tangga?  |  ataukah soal pekerjaan suami?  |  ataukah soal hubungan dengan tetangga?  |  ataukah soal anak kita yang masih remaja itu?  ||  Lalu serentak para Jamaah menyahut dengan jawaban yang sama  :  |  soal anak  ||

Romo YAI RA kemudian meneruskan Dawuhnya  |  Kenapa koq soal anak?  |  Ada apa dengan anak kita?  |  Karena, sudah hampir bisa dipastikan  |  bahwa setiap orang tua pasti menginginkan agar anaknya menjadi anak yang SHOLIH/-AH  |  Dalam bahasa jawa, Sholih/-ah ini disebut dengan istilah yang gampang kita mengerti, yakni Anak yang "GENAH"  ||

Sebaliknya, aoa yang paling ditakutkan oleh orang tua?   |   Ya tentu amat khawatir kalau kalau anaknya terhanyut dalam pergaulan  |  yang mana - walhasil - sang anak tidak lagi menjadi anak yang "genah"  |  Lalu merepotkan orang tua  |  Bahkan menjatuhkan nama baik keluarga  |  Bahkan menjadi masalah di masyarakat  |  dan seterusnya  ||

Itulah alasan  |  mengapa orang tua menjadi selalu merasa berat di hati  |  menjadi selalu terngiang melintas di pikiran  |  bagaimana nasib anakku ini  ||

Romo YAI RA kemudian meneruskan Dawuhnya dengan memberikan kriteria yang sederhana :  |  Apa sih yang bisa dijadikan pertanda |  untuk mengatakan bahwa anak itu sholih atau tidak sholih?  |  Apa sih ukuran untuk menilai bahwa anak itu bakal menjadi anak yang "genah" ataukah yang tidak "genah" ?  ||

Sebenarnya sederhana dan mudah dilihat  |  Apa itu?  |  Ada 2 pertanda  ||  Pertama  |  Seorang anak itu baru bisa dinilai bahwa ia bakal menjadi anak yang sholih/-ah  |  jika anak tersebut sudah bisa MENDOAKAN KEDUA ORANG TUANYA  ||

Kedua  |  orang orang yang menjadi temannya  |  kegemaran dalam krbersamaannya  |  para sahabat akrabnya dalam pergaulan sehari hari  |  ialah mereka atau orang orang yang sholih/-ah  ||

Kemudian Romo YAI RA menerangkan agak panjang lebar mengenai betapa besarnya pengaruh pertemanan  |  hingga dalam Hadits, Rasulullah SAW sampai menyebutnya dengan menggunakan istilah "agama"  |  Bahwa  "agama" seseorang itu seringkali dipengaruhi oleh  -  dan bahkan mengikuti  -  temannya  |  Demikian seterusnya  ||

Mungkin tanpa kita sadari  |  bahwa Majlis Majlis Dzikir di Al Khidmah seperti yang selama ini telah kita ikuti ini  |  adalah bukti yang nyata  |  akan telah  terintegrasikannya kedua pertanda tersebut di atas  ||

Majlis Dzikir, atau Maulud Nabi, atau Haul, atau Manaqiban, atau apapun namanya Majlis di Al Khidmah yang kita ikuti  |  esensinya adalah bahwa kita ini sedang berkirim doa  ||

Siapapun yang kita Haul-i  |  Nama nama para Wali, para Priagung, para orang orang besar dan mulia di Sisi Allah  |  seperti Syeikh Abdul Qodir Al Jiilani RA  |  atau Mbah Sunan Giri RA  |  atau Mbah Buyut ....  |  Itu semua dipasang lebih karena sebagai "judul" yang diutamakan saja  ||  Akan tetapi, secara isi dan esensi  |  kita ini juga mendoakan kedua orang tua kita  |  Bahkan berdoa untuk kebaikan diri kita sendiri  |  untuk kebaijan eluarga kita  |  para orang yang dekat di sekitar kita  |  dan seterusnya  ||

Jadi, siapapun kita yang ikut hadir dalam Majlis di Al Khidmah  |  maka secara otomatis dirinya ini  |  sedang berusaha untuk memenuhi atau memiliki pertanda sebagai anak yang sholih/-ah  |  Dan semoga kita memang demikian  ||

Selain dari itu  |  saat berada di Majlis  |  tentu kita semua ini duduk bersama dengan banyak orang  |  Siapa saja mereka itu?  |  Tentu sebagian dari mereka adalah para hamba Allah yang sholih  |  Di situ ada duduk para9 Habaib, Kyai, Ustadz, Santri  |  atau siapapun orang  |  yang mana meteka menginginkan agar dirinya "rojaa"  |  Bertaubat, kembali ke Jalan menuju Allah 'Azza Wajall  ||

Semakin sering kita hadir di Majlis Al Khidmah  |  tentu semakin banyak teman kita di dalam satu Jamaah  |  Dan kemudian akhirnya memang mereka itulah teman teman keseharian kita  |  Bahkan, oleh Romo YAI RA, kita sesama Jamaah pengikut Beliau RA ini "dipersaudarakan"  |  Dididik agar saling mengunjungi  |  Diajari untuk saling mendoakan  ||

Sehingga ini semua sekaligus menjadi bukti nyata akan adanya pertanda anak sholih/-ah yang kedua  |  Bahwa teman teman kita juga adalah orang orang yang sholih/-ah  ||

Sub-haana-AllaaHh  |  Begitu simpelnya Romo YAI RA merumuskan  |  dan kemudian memberikan resep atau formulasi kepada masyarakat umum  |  sebagai jawaban nyata  |  atas persoalan hidup yang (mungkin) rumit  |  Yakni pendidikan karakter  |  atau bagaimana upaya membentuk karakter anak muda  |  hingga menjadi generasi yang baik   ||

Dalam ranah telaah ilmiah di dunia psikologi pendidikan dan psikologi sosial  |  sebenarnyalah hal demikian ini telah bertahun tahun menjadi topik diskusi, seminar, atau penelitian yang panjang, pelik, dan tak kunjung tuntas  |  bisa menemukan konklusi tentang cara mana yang dianggap efektif  ||

Lain daripada itu  |  di saat Romo YAI RA merintis untuk memulai Kumpulan Al Khidmah ini  |  yakni era 1990-an  |  seakan akan Beliau RA sudah menerawang jauh ke depan  |  Bahwa di Indonesia, khususnya di kalangan para remaja dan mahasiswa  |  bakal bermunculan adanya pengaruh ajaran  |  dengan berbagai aliran  |  yang mungkin lebih cenderung mengajak kepada semangat melakukan kajian ilmu ilmu agama  syar'iyyah, di satu sisi  |  Namun di sisi lain, cenderung mengabaikan tujuan yang pokok  |  Yakni men-"Sholih"-kan setiap pribadinya  ||

Semoga pemikiran yang amat sederhana ini  |  bisa menjadi satu "mutiara" yang penting dan besar "hikmah"-nya bagi adik adik para remaja  |  Sehingga lebih mengukuhkan keyakinan kita  |  serta menuntun diri  kita  |  di dalam menjalani masa dan tugas besar sebagai "kawula muda"  |  pelajar ataupun mahasiswa  ||  Aamiiin  ||

Tanpa penambahan dan tanpa pengurangan
#Repost Imam Subakti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar