■
Puji Syukur Alhamdulillah | kita ini diberi nikmat hidup pada zaman dan di tempat | yang mana akhirnya kita menjadi MENGENAL suatu Tuntunan | dari seorang Pembimbing Ruhani yang Sempurna | Seorang Penuntun | yang tak hanya sebagai orang yang baik, tapi juga orang yang membaikkan orang lain | Yakni Romo Kyai Haji Ahmad Asrori Al Ishaqi RA | atau yang lazim kita sebut dengan : Romo YAI RA ||
■
Pada tahun 1994 | dalam sebuah Majlis Pengajian di Tulungagung | Romo YAI RA memancing para Jamaah dengan pertanyaan : | Coba tolong dijawab | para Bapak dan Ibu yang kini memiliki anak remaja | usia SMP atau SMA, misalnya | Kira kira, hal yang selalu menjadi beban pikiran | yang terus menerus menimbulkan kekhawatiran dalam sehari hari di rumah | itu apakah soal ketersediaan sandang pangan rumah tangga? | ataukah soal pekerjaan suami? | ataukah soal hubungan dengan tetangga? | ataukah soal anak kita yang masih remaja itu? || Lalu serentak para Jamaah menyahut dengan jawaban yang sama : | soal anak ||
Romo YAI RA kemudian meneruskan Dawuhnya | Kenapa koq soal anak? | Ada apa dengan anak kita? | Karena, sudah hampir bisa dipastikan | bahwa setiap orang tua pasti menginginkan agar anaknya menjadi anak yang SHOLIH/-AH | Dalam bahasa jawa, Sholih/-ah ini disebut dengan istilah yang gampang kita mengerti, yakni Anak yang "GENAH" ||
Sebaliknya, aoa yang paling ditakutkan oleh orang tua? | Ya tentu amat khawatir kalau kalau anaknya terhanyut dalam pergaulan | yang mana - walhasil - sang anak tidak lagi menjadi anak yang "genah" | Lalu merepotkan orang tua | Bahkan menjatuhkan nama baik keluarga | Bahkan menjadi masalah di masyarakat | dan seterusnya ||
Itulah alasan | mengapa orang tua menjadi selalu merasa berat di hati | menjadi selalu terngiang melintas di pikiran | bagaimana nasib anakku ini ||
Romo YAI RA kemudian meneruskan Dawuhnya dengan memberikan kriteria yang sederhana : | Apa sih yang bisa dijadikan pertanda | untuk mengatakan bahwa anak itu sholih atau tidak sholih? | Apa sih ukuran untuk menilai bahwa anak itu bakal menjadi anak yang "genah" ataukah yang tidak "genah" ? ||
Sebenarnya sederhana dan mudah dilihat | Apa itu? | Ada 2 pertanda || Pertama | Seorang anak itu baru bisa dinilai bahwa ia bakal menjadi anak yang sholih/-ah | jika anak tersebut sudah bisa MENDOAKAN KEDUA ORANG TUANYA ||
Kedua | orang orang yang menjadi temannya | kegemaran dalam krbersamaannya | para sahabat akrabnya dalam pergaulan sehari hari | ialah mereka atau orang orang yang sholih/-ah ||
Kemudian Romo YAI RA menerangkan agak panjang lebar mengenai betapa besarnya pengaruh pertemanan | hingga dalam Hadits, Rasulullah SAW sampai menyebutnya dengan menggunakan istilah "agama" | Bahwa "agama" seseorang itu seringkali dipengaruhi oleh - dan bahkan mengikuti - temannya | Demikian seterusnya ||
■
Mungkin tanpa kita sadari | bahwa Majlis Majlis Dzikir di Al Khidmah seperti yang selama ini telah kita ikuti ini | adalah bukti yang nyata | akan telah terintegrasikannya kedua pertanda tersebut di atas ||
Majlis Dzikir, atau Maulud Nabi, atau Haul, atau Manaqiban, atau apapun namanya Majlis di Al Khidmah yang kita ikuti | esensinya adalah bahwa kita ini sedang berkirim doa ||
Siapapun yang kita Haul-i | Nama nama para Wali, para Priagung, para orang orang besar dan mulia di Sisi Allah | seperti Syeikh Abdul Qodir Al Jiilani RA | atau Mbah Sunan Giri RA | atau Mbah Buyut .... | Itu semua dipasang lebih karena sebagai "judul" yang diutamakan saja || Akan tetapi, secara isi dan esensi | kita ini juga mendoakan kedua orang tua kita | Bahkan berdoa untuk kebaikan diri kita sendiri | untuk kebaijan eluarga kita | para orang yang dekat di sekitar kita | dan seterusnya ||
Jadi, siapapun kita yang ikut hadir dalam Majlis di Al Khidmah | maka secara otomatis dirinya ini | sedang berusaha untuk memenuhi atau memiliki pertanda sebagai anak yang sholih/-ah | Dan semoga kita memang demikian ||
Selain dari itu | saat berada di Majlis | tentu kita semua ini duduk bersama dengan banyak orang | Siapa saja mereka itu? | Tentu sebagian dari mereka adalah para hamba Allah yang sholih | Di situ ada duduk para9 Habaib, Kyai, Ustadz, Santri | atau siapapun orang | yang mana meteka menginginkan agar dirinya "rojaa" | Bertaubat, kembali ke Jalan menuju Allah 'Azza Wajall ||
Semakin sering kita hadir di Majlis Al Khidmah | tentu semakin banyak teman kita di dalam satu Jamaah | Dan kemudian akhirnya memang mereka itulah teman teman keseharian kita | Bahkan, oleh Romo YAI RA, kita sesama Jamaah pengikut Beliau RA ini "dipersaudarakan" | Dididik agar saling mengunjungi | Diajari untuk saling mendoakan ||
Sehingga ini semua sekaligus menjadi bukti nyata akan adanya pertanda anak sholih/-ah yang kedua | Bahwa teman teman kita juga adalah orang orang yang sholih/-ah ||
■
Sub-haana-AllaaHh | Begitu simpelnya Romo YAI RA merumuskan | dan kemudian memberikan resep atau formulasi kepada masyarakat umum | sebagai jawaban nyata | atas persoalan hidup yang (mungkin) rumit | Yakni pendidikan karakter | atau bagaimana upaya membentuk karakter anak muda | hingga menjadi generasi yang baik ||
Dalam ranah telaah ilmiah di dunia psikologi pendidikan dan psikologi sosial | sebenarnyalah hal demikian ini telah bertahun tahun menjadi topik diskusi, seminar, atau penelitian yang panjang, pelik, dan tak kunjung tuntas | bisa menemukan konklusi tentang cara mana yang dianggap efektif ||
■
Lain daripada itu | di saat Romo YAI RA merintis untuk memulai Kumpulan Al Khidmah ini | yakni era 1990-an | seakan akan Beliau RA sudah menerawang jauh ke depan | Bahwa di Indonesia, khususnya di kalangan para remaja dan mahasiswa | bakal bermunculan adanya pengaruh ajaran | dengan berbagai aliran | yang mungkin lebih cenderung mengajak kepada semangat melakukan kajian ilmu ilmu agama syar'iyyah, di satu sisi | Namun di sisi lain, cenderung mengabaikan tujuan yang pokok | Yakni men-"Sholih"-kan setiap pribadinya ||
■
Semoga pemikiran yang amat sederhana ini | bisa menjadi satu "mutiara" yang penting dan besar "hikmah"-nya bagi adik adik para remaja | Sehingga lebih mengukuhkan keyakinan kita | serta menuntun diri kita | di dalam menjalani masa dan tugas besar sebagai "kawula muda" | pelajar ataupun mahasiswa || Aamiiin ||
■
Tanpa penambahan dan tanpa pengurangan
#Repost Imam Subakti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar