Kamis, 03 Mei 2018

ROMANTISME ANTARA “ORANG TUA” DENGAN “ANAK”-NYA

1997  |  dr. H. Syamsul Huda (Alm.) tiba tiba diajak kompromi oleh salah seorang temannya  |  Pada garis besarnya, temannya memberitahu bahwa ada peluang emas  |  Yakni membeli sebidang tanah  |  yang mana posisinya dianggap strategis  |  dan oleh pemiliknya dijual dengan harga murah  ||  Setelah disurvey  |  Tanya sana Tanya sini  |  maka jadi dibelilah tanah tersebut  |  dengan modal uang dari dr. H. Syamsul Huda atas pinjaman dari orang tuanya  |  Sedangkan temannya tadi lebih sebagai sumber informasi dan penghubung semua urusan terkait jual-beli  ||

Syahdan  |  hanya berselang kurang dari satu minggu  |  tanah dimaksud ternyata terjual dengan keuntungan bersih lima puluh juta rupiah  |  Terhadap keuntungan itu  |  tanpa repot, dr. H. Syamsul Huda menyetujuii usulan temannya tadi  :  |  keuntungan dibagi dua  |  Masing masing memperoleh dua puluh lima juta rupiah  ||

Bisa kita bayangkan  |  seorang  Syamsul Huda - hanya seorang dokter umum biasa  |  yang belum pernah menjalankan bisnis tanah   |  tiba tiba menerima uang dua puluh lima juta tanpa jerih payah  |  dalam waktu kurang dari seminggu  ||  Sebesar apa nilai uang dua puluh lima juta – waktu itu - ukuran nilai rupiah sebelum krismon 1998 ?  |  Kita bisa hitung dan bandingkan sendiri  ||

Akan tetapi atas keadaan yang menimpanya itu  (dan ini yang mungkin tidak umum)  |  dia merasa  : Ini perolehan nikmat berupa keuntungan yang tidak wajar  |  Dua malam berturut turut dia tak bisa tidur karena dirundung gelisah  ||  Kemudian akhirnya, dia terinspirasi dan memutuskan untuk menghaturkan uang tersebut kepada Gurunya – Romo YAI RA  ||  Lantas pada pagi seusai sholat subuh  |  dengan mengajak Si Fulan  |  bergegaslah ia berangkat ke Kedinding Surabaya  ||

Saat di Hadapan Gurunya RA  |  dengan terbata bata  |  berceritalah dr. H. Syamsul Huda tentang apa yang dialaminya secara apa adanya  |  Dan di akhir ceritanya itu  |  dengan tangan gemetar karena takut keliru  |  ia menghaturkan segepok bungkusan kertas Koran  |  berisi uang tunai dua puluh lima juta rupiah  |  ke Hadapan Romo YAI RA  ||

Sambil tersenyum setengah agak tertawa - seakan menyiratkan maksud bahwa tidak ada sesuatu yang aneh dan berat  |  Romo YAI RA ternyata dengan “enteng saja” hanya merespon dengan Dawuh  :  | Oooohh …. Begitu ta?  |  Yaa sudah  |  Sekarang saya terima pemberianmu  |  Terimakasih lho yaa  |  Ini sekarang berarti sudah jadi uang saya lho  |  Sudah  ||  Sekarang, kamu sarapan  |  Setelah itu, nanti silakan istirahat di kamar atas  |  Nanti, kamu saya panggil  ||  Itu Dawuh Romo YAI RA  |  Dan, HANYA itu  ||

Pada sekitar jam 13.00 siang  |  seorang santri pondok masuk ke kamar  yang ditempati dr. H. Syamsul Huda sambil mengatakan :  Ditimbali YAI  |  Dengan bergegas dr. H. Syamsul Huda dan temannya, Fulan, turun tangga  |  Dan ternyata  |  Romo YAI RA sudah siap di dalam mobil  |  Kemudian Beliau RA Dawuh :  |  Ambil mobilmu  |  Ikuti saya yaa … !  ||  Mobil  Romo YAI RA yang melaju disetir oleh sopirnya meluncur menuju ke arah Jalan Raya Darmahusada -  Surabaya  |  Dan ternyata berhenti di depan sebuah toko arloji |  Di parkiran, Romo YAI RA turun mobil sembari Dawuh  :  |  Anu, Sul, saya pingin cari arloji  ||

Di dalam toko itu, Romo YAI RA tampak cukup bersemangat memilih milih  |  Bergerak dari almari disply yang satu ke yang lain  |  Hingga menjatuhkan pilihan ke salah satu item yang dianggap bagus  |  Beliau RA mencoba memasang ke tangannya  |  Lalu menyuruh ke dr. H. Syamsul Huda untuk mencoba di tangannya juga  |  Bagus, yaa?  |  Simpel tapi elegan, yaa?  |  Begitu seterusnya  |  Dan  dr. H. Syamsul Huda juga mengiyakan  ||

Setelah cukup lama proses memilih milih |  Romo YAI RA tiba tiba memberitahu ke dr. H. Syamsul Huda bahwa Beliau RA merasa agak pusing  |  Karenanya lalu meminta tolong agar dr. H. Syamsul Huda keluar sebentar  |  untuk mencari apotek di dekat dekat situ  |  guna membelikan obat untuk pusing  |  Maka segeralah dr. H. Syamsul Huda keluar dengan mengajak sopirnya Romo YAI RA  |  Di toko arloji itu, Romo YAI RA ditinggal sementara, hanya bersama Si Fulan  ||

Tapi lantas Romo YAI RA bicara ke pelayan di situ  |  bahwa Beliau RA jadi bermaksud membeli arloji yang ditunjuknya itu  |  Beliau RA lalu segera memberikan dompetnya ke Fulan  |  dan menyuruhnya langsung ke kasir untuk membayar  ||  Fulan sempat bicara dalam hati kecil  :  |  Waah …. Romo YAI RA sendiri yang bayar?  |  Nilainya – waktu itu - tiga puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah  ||

Ketika dr. H. Syamsul Huda balik masuk membawa obat  |  arloji sudah terbayar dan terbungkus rapih dalam tas mungil  |  Dia setengah kaget, bertanya ke Fulan  :  |  Lho sudah dibayar? Siapa yang membayar tadi?  |  Fulan tak berani berucap  |  hanya memberi isyarat menunjuk ke Romo YAI RA  |  Dan sebelum  dr. H. Syamsul Huda berkata kata lagi  |  keburu sudah kedahuluan Romo YAI RA bergegas mengajak keluar toko  ||

Setelah berpindah pindah ke beberapa tempat tujuan lain di Surabaya  |  Akhirnya Romo YAI RA meyuruh dr. H. Syamsul Huda dan Fulan untuk langsung saja pulang ke Kepanjen Malang  || Dan, syahdan  |  ketika dr. H. Syamsul Huda salim untuk berpamitan  |  tas mungil berisi arloji yang dibeli tadi  |  oleh Romo YAI RA diberikan ke  dr. H. Syamsul Huda  |  Dan dengan “enteng saja” Beliau RA Dawuh :  |  Ini lho, Sul  |  Kamu saya kasi !  ||  Biyyaaaakk ….. dr. H. Syamsul Huda diam tercengang  ||  Tapi sambil tersenyum setengah agak tertawa - seakan menyiratkan maksud bahwa tidak ada sesuatu yang aneh  |  Romo YAI RA mengucapkan  :  Assalaamualaikum …. !  |  Dan mobil yang Beliau RA tumpangi berlalu begitu saja  ||

Hingga menjelang akhir hayatnya di tahun 2014  |  arloji dimaksud masih selalu dipakai oleh dr. H. Syamsul Huda  |  Bukan sekedar sebagai fungsi jam tangan  |  Bagi Almarhum, arloji tersebut lebih dimaknai sebagai kenang kenangan  |  Sebagai hadiah istimewa  |  Amat berharga bukan karena nilai harganya, melainkan nilai kemuliaan “azimat dari Guru”-nya  ||

AllaaHhummanfa’naa BiHhimaa
Wa Bi BarkatiHhimaa
Wa Bi ‘UluumiHhimaa
Fid-Daaroiin. Aamiiin. Al Faatihah … !!

#Repost Imam Subakti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar