Kamis, 03 Mei 2018

Begitulah Cara Guru Mendidik

Kedinding Surabaya, 2003  |  Dengan nada serius  |  Romo YAI RA membahas suatu permasalahan  | kepada salah seorang pendereknya  -  sebut saja Fulan  |  yang mana permasalahan itu terkait dengan salah seorang Kyai - juga Imam Khususi - di Jawa Tengah  ||

Agak panjang pembahasan oleh Beliau RA tersebut  |  Yang mana akhirnya Beliau RA mengutus Fulan agar sowan  |  menghadap ke Kyai di Jawa Tengah tersebut  |  untuk menyampaikan amanat yang dipesankan oleh Romo YAI RA  ||

Memang agak pelik dan cukup banyak point point dari Dawuh Romo YAI RA itu  |  Namun Fulan berusaha sekuat pikirannya dengan membuat catatan di bukunya  |  lengkap dengan alur dan urutan pembahasannya  |  sehingga lojiknya masih bisa dengan mudah dicerna atau diikuti orang lain  ||

Tentu masih banyak di antara kita yang sempat menyaksikan dan mengakui  |  Bahwa dalam soal soal pembahasan beginian  |  Romo YAI RA orangnya memang sangat perfeksionis  |  Sehingga di bagian akhir  |  dengan tujuan untuk memastikan  |  Beliau RA meminta Fulan agar mencoba secara garis besar untuk "mensimulasikan" seakan seperti dia menjelaskan di hadapan Kyai itu nantinya  ||

Setelah pembahasan yang serius dan panjang itu dirasa telah cukup dan dianggap selesai  |  Romo YAI RA lantas mengajak ngobrol perihal  soal lain yang ringan ringan  |  Lalu menyuruh Fulan untuk makan malam  ||

Seusai itu semua  |  Fulan lantas disuruh agar segera pulang  |  Supaya bisa mempersiapkan diri untuk besok - pagi pagi - berangkat ke Jawa Tengah, menjalankan "misi"-nya itu  ||

Pada moment moment saat akan berpamitan itu  |  Romo YAI RA masih sempat bertanya ke Fulan  :  |  "Kamu bisa yaa, Fulan, menyampaikan itu?"  |  Fulan hanya mengucap : Insya Allah, Yai  ||

( Namun sesungguhnya  |  di dalam hati kecil, Fulan bertanya tanya  :  |  Eeh, kenapa Yai masih bertanya lagi seperti itu?  |  Bukankah tadi saya sudah mensimulasikan?  |  Dan bujankah Yai tahu bahwa tugas tugas beginian memang sudah jadi bidang kemampuan saya?  |  Tapi ada apa Yai koq masih bertanya seperti itu?  || )

Beberapa saat setelah diam itu  |  Romo YAI RA kemudian bertanya ke Fulan  :  |  Besok, selain diantar sopir, kamu enaknya ditemani siapa?  ||  ( Jujur, hingga ditanya seperti itu, di hati Fulan samasekali tidak ada pikiran untuk mengajak teman atau orang lain  |  Fulan hanya fokus pada tugasnya itu )  ||

Tapi kemudian, Romo YAI RA meneruskan Dawuhnya  :  |  Jangan sendirian  |  Gak enak  |  Kamu ngajak teman lah  ||  Fulan akhirnya hanya menjawab :  |  Inggih, Yai  ||  Tapi lantas Romo YAI RA bertanya lagi  :  |  Ngajak siapa kamu?  |  Fulan menjawab tanpa berpikir panjang  :  |  Ngajak Si "A" Yai  |  ( Si "A" adalah sahabat kental Fulan yang memang sehari hari selalu bersama )  ||

Tapi Romo YAI RA kemudian Dawuh  :  |  Jangan Si "A" lah  |  Dia kan cuma ikutan saja  |  Tidak bisa diajak turut memikirkan kalau ada apa apa  ||  ( Hati Fulan jadi semakin penasaran   |  Memikirkan apa yaa?  |  Bukannya semua materi sudah saya - Fulan -  kuasai? )  ||

Beliau meneruskan Dawuhnya  :  |  Sudah, kamu pergi sama Si "B" saja  |  Biar saya saja yang nanti menghubungi Si "B"  |  Pokoknya kamu siap di rumah Gresik jam 6.00  |  Nanti dijemput mobil  |  Sopir dan Si "B" berangkat dari sini (Kedinding)  ||  Dan Fulan hanya diam, setengah terperangah  |  Namun Romo YAI RA bergegas membalikkan badan dan berjalan masuk ke Ndalem  ||

( Jujur saja, Si "B" itu teman yang amat tidak disukai oleh Fulan  |  Pokoknya, gak cocok aja  |  Dalam pikiran Fulan  :  |  Adduuh ... Lha masak perjalanan jauh selama dua hari  |  bersama sama satu mobil dengan orang yang bagi saya - Fulan - tidak cocok dan pastinya tidak bakalan menyenangkan hati saya  |  Ada semacam hasrat ingin protes : Yai ini bagaimana?  |  Tapi tak berani )  ||

Akhirnya Fulan hanya pasrah  |  Semangat perginya spontan seakan tereduksi lima puluh persen  |  Tapi apa mau dikata  |  Meski bakal gak nyaman kayak apa, yaa ikuti saja  ||

Syahdan  |  Di luar yang dibayangkan Fulan  |  Si "B" ini jadi bersikap amat baik dan begitu perhatian kepada Fulan  |  Entah habis "disuwuk" siapa  |  pokoknya di mata Fulan, selama perjalanan, Si "B" ini sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat dari yang Fulan alami dulu dulu  ||

Syahdan  |  Di saat baru saja tiba di Ndalem Kyai yang dituju itu  |  Fulan baru nyadar  |  kalau buku catatan yang berisi lengkap Pesan Dawuh Romo YAI RA itu  |  ternyata ketinggalan di kamar hotel  ||  Sehingga pematuran Fulan hanya yang bisa muncul di ingatannya saat itu saja  ||

Syahdan  |  Sub-haana-Allaah  |  Sedikit sedikit, Si "B" itu ikut menyahuti pembicaraan  |  Dan anehnya  |  dalam setiap celetukan Si "B" yang singkat itu  |  selalu mengandung "kata kunci"  |  yang mana kemudian bisa mengingatkan Fulan akan butir butir yang sempat terlupakan sebelumnya  |  Hingga akhirnya bisa jadi utuh serta lengkaplah pematuran itu  ||

Banyak sekali hikmah yang bisa dipetik untuk dijadikan pelajaran hidup bagi Fulan, dari pengalamannya sendiri itu  ||  Terlalu pede akan kemampuan diri  |  Menge-cap teman serta tak menyukai kebersamaan dengannya hanya karena ego sendiri  |  dan seterusnya dan seterusnya  ||

Begitulah cara GURU mendidik  |  Karena GURU memang amat mengerti "jerohan" serta "kuman penyakit" yang berdiam di dalam sanubari
diri yang dididik  |  Bahkan lebih tahu ketimbang diri yang bersangkutan sendiri  ||

AllaaHhummanfa'naa BiHhii
Wa Bi BarkatiHhii
Wa Bi 'UluumiHhii
Fid Daaroiin. Aamiiin
Al Faatihah ... !!

#Repost Imam subakti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar