■
Kedinding Surabaya, 2003 | Dengan nada serius | Romo YAI RA membahas suatu permasalahan | kepada salah seorang pendereknya - sebut saja Fulan | yang mana permasalahan itu terkait dengan salah seorang Kyai - juga Imam Khususi - di Jawa Tengah ||
Agak panjang pembahasan oleh Beliau RA tersebut | Yang mana akhirnya Beliau RA mengutus Fulan agar sowan | menghadap ke Kyai di Jawa Tengah tersebut | untuk menyampaikan amanat yang dipesankan oleh Romo YAI RA ||
Memang agak pelik dan cukup banyak point point dari Dawuh Romo YAI RA itu | Namun Fulan berusaha sekuat pikirannya dengan membuat catatan di bukunya | lengkap dengan alur dan urutan pembahasannya | sehingga lojiknya masih bisa dengan mudah dicerna atau diikuti orang lain ||
Tentu masih banyak di antara kita yang sempat menyaksikan dan mengakui | Bahwa dalam soal soal pembahasan beginian | Romo YAI RA orangnya memang sangat perfeksionis | Sehingga di bagian akhir | dengan tujuan untuk memastikan | Beliau RA meminta Fulan agar mencoba secara garis besar untuk "mensimulasikan" seakan seperti dia menjelaskan di hadapan Kyai itu nantinya ||
■
Setelah pembahasan yang serius dan panjang itu dirasa telah cukup dan dianggap selesai | Romo YAI RA lantas mengajak ngobrol perihal soal lain yang ringan ringan | Lalu menyuruh Fulan untuk makan malam ||
Seusai itu semua | Fulan lantas disuruh agar segera pulang | Supaya bisa mempersiapkan diri untuk besok - pagi pagi - berangkat ke Jawa Tengah, menjalankan "misi"-nya itu ||
Pada moment moment saat akan berpamitan itu | Romo YAI RA masih sempat bertanya ke Fulan : | "Kamu bisa yaa, Fulan, menyampaikan itu?" | Fulan hanya mengucap : Insya Allah, Yai ||
( Namun sesungguhnya | di dalam hati kecil, Fulan bertanya tanya : | Eeh, kenapa Yai masih bertanya lagi seperti itu? | Bukankah tadi saya sudah mensimulasikan? | Dan bujankah Yai tahu bahwa tugas tugas beginian memang sudah jadi bidang kemampuan saya? | Tapi ada apa Yai koq masih bertanya seperti itu? || )
Beberapa saat setelah diam itu | Romo YAI RA kemudian bertanya ke Fulan : | Besok, selain diantar sopir, kamu enaknya ditemani siapa? || ( Jujur, hingga ditanya seperti itu, di hati Fulan samasekali tidak ada pikiran untuk mengajak teman atau orang lain | Fulan hanya fokus pada tugasnya itu ) ||
Tapi kemudian, Romo YAI RA meneruskan Dawuhnya : | Jangan sendirian | Gak enak | Kamu ngajak teman lah || Fulan akhirnya hanya menjawab : | Inggih, Yai || Tapi lantas Romo YAI RA bertanya lagi : | Ngajak siapa kamu? | Fulan menjawab tanpa berpikir panjang : | Ngajak Si "A" Yai | ( Si "A" adalah sahabat kental Fulan yang memang sehari hari selalu bersama ) ||
Tapi Romo YAI RA kemudian Dawuh : | Jangan Si "A" lah | Dia kan cuma ikutan saja | Tidak bisa diajak turut memikirkan kalau ada apa apa || ( Hati Fulan jadi semakin penasaran | Memikirkan apa yaa? | Bukannya semua materi sudah saya - Fulan - kuasai? ) ||
Beliau meneruskan Dawuhnya : | Sudah, kamu pergi sama Si "B" saja | Biar saya saja yang nanti menghubungi Si "B" | Pokoknya kamu siap di rumah Gresik jam 6.00 | Nanti dijemput mobil | Sopir dan Si "B" berangkat dari sini (Kedinding) || Dan Fulan hanya diam, setengah terperangah | Namun Romo YAI RA bergegas membalikkan badan dan berjalan masuk ke Ndalem ||
( Jujur saja, Si "B" itu teman yang amat tidak disukai oleh Fulan | Pokoknya, gak cocok aja | Dalam pikiran Fulan : | Adduuh ... Lha masak perjalanan jauh selama dua hari | bersama sama satu mobil dengan orang yang bagi saya - Fulan - tidak cocok dan pastinya tidak bakalan menyenangkan hati saya | Ada semacam hasrat ingin protes : Yai ini bagaimana? | Tapi tak berani ) ||
Akhirnya Fulan hanya pasrah | Semangat perginya spontan seakan tereduksi lima puluh persen | Tapi apa mau dikata | Meski bakal gak nyaman kayak apa, yaa ikuti saja ||
■
Syahdan | Di luar yang dibayangkan Fulan | Si "B" ini jadi bersikap amat baik dan begitu perhatian kepada Fulan | Entah habis "disuwuk" siapa | pokoknya di mata Fulan, selama perjalanan, Si "B" ini sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat dari yang Fulan alami dulu dulu ||
Syahdan | Di saat baru saja tiba di Ndalem Kyai yang dituju itu | Fulan baru nyadar | kalau buku catatan yang berisi lengkap Pesan Dawuh Romo YAI RA itu | ternyata ketinggalan di kamar hotel || Sehingga pematuran Fulan hanya yang bisa muncul di ingatannya saat itu saja ||
Syahdan | Sub-haana-Allaah | Sedikit sedikit, Si "B" itu ikut menyahuti pembicaraan | Dan anehnya | dalam setiap celetukan Si "B" yang singkat itu | selalu mengandung "kata kunci" | yang mana kemudian bisa mengingatkan Fulan akan butir butir yang sempat terlupakan sebelumnya | Hingga akhirnya bisa jadi utuh serta lengkaplah pematuran itu ||
■
Banyak sekali hikmah yang bisa dipetik untuk dijadikan pelajaran hidup bagi Fulan, dari pengalamannya sendiri itu || Terlalu pede akan kemampuan diri | Menge-cap teman serta tak menyukai kebersamaan dengannya hanya karena ego sendiri | dan seterusnya dan seterusnya ||
Begitulah cara GURU mendidik | Karena GURU memang amat mengerti "jerohan" serta "kuman penyakit" yang berdiam di dalam sanubari
diri yang dididik | Bahkan lebih tahu ketimbang diri yang bersangkutan sendiri ||
■
AllaaHhummanfa'naa BiHhii
Wa Bi BarkatiHhii
Wa Bi 'UluumiHhii
Fid Daaroiin. Aamiiin
Al Faatihah ... !!
#Repost Imam subakti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar